20 Tahun ’The Adams’ Berkiprah di Blantika Musik, Nyaris Bubar di Tengah Kejayaan

SEMARANG (Awal.id) – Bagi kawula muda yang mendengarkan musik indie awal tahun 2000-an pasti tak asing lagi dengan The Adams. Formasi awal grup band The Adams terdiri atas Ario Hendarwan (vokal/gitar), Bawono “Beni” Adhiantoro (drum), Martino “Tino” Runtuhaku (gitar) dan Setyo Dwiharso (bas).
Berawal dari pertemanan di Institut Kesenian Jakarta dan sesi jamming rutin yang dilakukan keempat pria tersebut, mereka berhasil menelurkan lagu-lagu orisinil. Lagu-lagu yang mereka ciptakan pada saat itu memiliki aransemen musik yang memukau.
The Adams menciptakan aransemen yang menggabungkan musik sarat distorsi ala garage rock dengan harmonisasi vokal yang manis didengar. Sebelum The Adams, nama band ini dikenal dengan sebutan Lonely Band, namun karena seluruh personelnya merupakan pria, akhirnya nama The Adams dipilih dari kisah ”Adam & Hawa”.
Band bergenre power pop ini kian melambung berkat lagu fantastik mereka berjudul Konservatif dan Waiting yang mencuri banyak perhatian penikmat musik tanah air. Terlebih, dua lagu tersebut juga menjadi soudtrack Janji Joni, film sukses garapan Joko Anwar.
Kendati demikian, The Adams sempat beberapa kali berganti formasi, namun mereka tetap melanjutkan karir bermusiknya.
Hingga artikel ini dibuat, formasi mereka saat ini adalah Ario Hendarwan (vokal, gitar), Saleh Husein (vokal, gitar), Gigih Suryo Prayogo (drum, vokal), Pandu Fathoni (vokal, bas) dan Ghina Salsabila (keyboards, vokal).
Melalui program acara Ngos-ngosan yang disiarkan Awal Media Nusantara secara live Instagram, di Studio Awal Media Nusantara, Jumat (15/10), Pandu dan Saleh bercerita banyak mengenai lika-liku perjalanan selama berkarir yang bahkan mereka mengaku sempat ingin bubar. Acara yang dipandu Thariq Kamaludin ini mengusung tema “Harmonisasi The Adams”.

Personel The Adams, Ario Hendarwan (vokal, gitar), Saleh Husein (vokal, gitar), Gigih Suryo Prayogo (drum, vokal), Pandu Fathoni (vokal, bas) dan Ghina Salsabila (keyboards, vokal)
Selain banyak perubahan yang terjadi di The Adams, dan juga kurang produktifnya mereka pada periode waktu tertentu, Saleh mengungkapkan The Adams sempat berada dalam fase nyaris bubar karena ditinggal personel dan kesibukan masing-masing.
“Ada kepikiran, apalagi formasi saat itu tinggal gue sama Aryo. Gue bilang ke Aryo ’kita bubarin aja atau gimana nih?’,” ungkap pria yang akrab disapa Ale itu.
Ale menambahkan, setelah badai tersebut akhirnya semua berlalu sampai pada saat di mana mereka bertemu dengan personel baru saat mengeluarkan album kedua.
“Untung waktu itu ketemu Gigih Suryoprayogo (drummer), Arfan (bassis) dan Retiara Haswidya Nasution (keyboardist) untuk tampil dalam dalam album ke-2, v20.5. Karena memang gue mikir The Adams masih banyak yang bisa dilakuin gitu,” tambahnya.
Disinggung mengenai keterlibatan sosok perempuan satu-satunya di tengah-tengah The Adams yang mengisi kursi keyboardist, Ale dan Pandu kompak mengaku hanya mengikuti perjalanan waktu. Mereka pikir, kalau ada yang bisa main keyboard dari teman-teman seru juga, apalagi cewek.
“Natural begitu saja sih memang, enggak pernah kepikiran juga kenapa harus cewek. Dulu sebelum Ghina, kita ada Ciwi tapi keluar karena akhirnya menikah, ngurus anak suami lah biasa,” gurau Ale.
“Pas nyari penggantinya Ciwi pun yang keluar dari kita itu nama cewek semua engga ada yang cowok. Toh, The Adams juga cowo semua, jadi biar ada penyeimbang saja gitu,” timpal Pandu.
Lika-liku perjalanan The Adams juga dirangkum dalam sebuah film dokumenter bertajuk The Adams: Masa-Masa oleh Prawirabhisma. Film tersebut telah direkam Cakti sejak tahun 2014 sampai proses album ketiga.
Memang tak bisa dipungkiri bahwa The Adams salah satu grup musik independen yang sukses, bahkan bisa dibilang melegenda hingga kini. (is)