Masjid Agung dan Makam Sunan Kalijaga, Tujuan Wisata Religi Andalan Kabupaten Demak
DEMAK (Awal.id) – Kondisi pandemi akibat penyebaran Covid-19 secara pelan tapi pasti kian berangsur pulih. Tentu saja kondisi ini akan menguntungkan bagi dunia pariwisata. Kunjungan wisatawan ke destinasi wisata berangsur-angsur normal.
Tak terkecuali untuk Kabupaten Demak. Tahun ini kunjungan wisatawan ke Demak yang dikenal sebagai Kota Wali tersebut diprediksi bakal meningkat dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Demak, Agus Kriyanto mengatakan, peningkatan tersebut terjadi seiring dengan aturan pelonggaran kegiatan masyarakat yang dilakukan pemerintah.
“Akhir Februari 2022 sudah tercatat pengunjung sebanyak 108.218 pengunjung ke Masjid Agung Demak dan 152.296 pengunjung ke Makam Sunan Kalijaga,” kata Agus, Senin (14/3/2022).
Masjid Agung Demak dan Makam Sunan Kalijaga memang merupakan destinasi wisata unggulan Kabupaten Demak, di samping destinasi wisata lain dengan kelebihan masing-masing.
Sebagai perbandingan, dua tahun sebelumnya atau tahun 2020, pengunjung di Masjid Agung Demak sebanyak 166.478 dan pada 2021 menurun menjadi 134.590 kunjungan.
Sedangkan Makam Sunan Kalijaga pada tahun 2020 memiliki jumlah pengunjung sebanyak 252.535 dan pada 2021 terdapat 267.298 pengunjung.
Agus Kriyanto berharap lonjakan wisatawan tidak hanya pada sektor wisata religi saja melainkan objek wisata lain, seperti wisata alam, wisata buatan, dan wisata edukasi.
Masjid Agung Demak
Sebagai wilayah dengan tujuan wisata religi andalan, Kabupatan Demak memang menjadi tujuan favorit pelancong, khususnya para peziarah. Mereka banyak yang secara khusus datang hanya untuk ke Masjid Agung Demak maupun Makam Sunan Kalijaga.
Masjid Agung Demak adalah salah satu masjid tertua yang ada di Indonesia. Masjid ini terletak di Kampung Kauman, Kelurahan Bintoro, Kecamatan Demak, Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Dalam uruaian sejarahnya, masjid ini dipercayai pernah menjadi tempat berkumpulnya para ulama (wali) yang menyebarkan agama Islam di tanah Jawa yang disebut dengan Wali Songo. Pendiri masjid ini diperkirakan adalah Raden Patah, yaitu raja pertama dari Kesultanan Demak sekitar abad ke-15 Masehi.
Raden Patah bersama Wali Songo mendirikan masjid yang karismatik ini dengan memberi gambar serupa bulus. Ini merupakan candra sengkala memet, dengan arti Sarira Sunyi Kiblating Gusti yang bermakna tahun 1401 Saka.
Gambar bulus terdiri atas kepala yang berarti angka 1 (satu), 4 kaki berarti angka 4 (empat), badan bulus berarti angka 0 (nol), ekor bulus berarti angka 1 (satu). Dari simbol ini diperkirakan Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 Saka. Masjid ini didirikan pada tanggal 1 Shofar.
Arsitektur
Masjid Agung Demak mempunyai bangunan-bangunan induk dan serambi. Bangunan induk memiliki empat tiang utama yang disebut saka guru. Salah satu dari tiang utama tersebut konon berasal dari serpihan-serpihan kayu, sehingga dinamai saka tatal.
Bangunan serambi merupakan bangunan terbuka. Atapnya berbentuk limas yang ditopang delapan tiang yang disebut Saka Majapahit. Atap limas Masjid terdiri dari tiga bagian yang menggambarkan ; (1) Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan.
Di Masjid ini juga terdapat “Pintu Bledeg”, mengandung candra sengkala, yang dapat dibaca Naga Mulat Salira Wani, dengan makna tahun 1388 Saka atau 1466 M, atau 887 H.
Di dalam lokasi kompleks Masjid Agung Demak, terdapat beberapa makam raja-raja Kesultanan Demak, termasuk di antaranya adalah Sultan Fattah yang merupakan raja pertama kasultanan demak dan para abdinya. Di kompleks ini juga terdapat Museum Masjid Agung Demak, yang berisi berbagai hal mengenai riwayat Masjid Agung Demak.
Makam Sunan Kalijaga
Destinasi wisata religi lainnya di daerah Kabupaten Demak adalam Makam Sunan Kalijaga, yang merupakan makam salah satu tokoh religi Kabupaten.Demak. Yakni tokoh besar yang merupakan salah satu anggota Wali Songo, yakni Kanjeng Sunan Kalijaga.
Kanjeng Sunan Kalijaga merupakan, salah satu tokoh walisongo yang berjasa menyebarkan agama islam di pulau jawa.
Makam Sunan Kalijaga berada di lingkungan Kadilangu Kabupaten Demak yang dikelola oleh pihak Yayasan. Area Makam Sunan Kalijaga ramai akan wisatawan religi pada hari-hari penting, seperti:
- Penjamasan Kutang Antokusumo dan Keris Kyai Carubug
- Prosesi Ancakan, yakni prosesi tasyakuran yang diadakan menjelang Hari Raya Idul Adha, pada tanggal 10 Dzulhijah. Sebuah tradisi yang tetap dipertahankan oleh keturunan Kanjeng Sunan Kalijaga yang tumbuh hidup dan berkembang di daerah lingkungan Kadilangu Kab. Demak.
- Ruwatan, sebuah ritual membuang sial yang biasanya dilaksanakan di Pendopo Notobratan oleh ahli waris Kanjeng Sunan Kalijaga dan diikuti oleh masyarakat baik dari Demak bahkan ada yang dari luar Pulau Jawa. (*)