Penampilan Atraktif Kuda Lumping Meriahkan Pagelaran Panggung Kahanan di Magelang

Para seniman menampilkan kepiawaiannya di Panggung Kahanan, yang digelar di Pendopo Joglo Rumah Dinas Wali Kota Magelang, Rabu (28/4)
Para seniman menampilkan kepiawaiannya di Panggung Kahanan, yang digelar di Pendopo Joglo Rumah Dinas Wali Kota Magelang, Rabu (28/4)

MAGELANG (Awal.id) – Suara gamelan mengalun sendu mengiringi kemunculan para penari kuda lumping. Tiba-tiba gaung gong menghentak seiring irama seperangkat gamelan yang lain, mengawali pertunjukan Sanggar Seni Wahyu Eko Budoyo Temanggung di Panggung Kahanan road show, Rabu (28/4).

Gelaran seni budaya yang disiarkan secara virtual kali ini dihelat di Pendopo Joglo Rumah Dinas Wali Kota Magelang dan berlangsung meriah. Selain kesenian kuda lumping, juga dimeriahkan Woro Widowati, Justin Liee, dan seniman musik se-Karesidenan Kedu. Selain itu, disajikan pemutaran film pendek “Kendang Keriuk” yang disutradarai sineas muda Magelang, Gepeng Nugroho.

Lincah dan atraktifnya penari kuda lumping menjadi daya tarik penonton. Apalagi diiringi suara musik dari gamelan yang masih terbilang baru. Ya, satu set gamelan milik Kuda Lumping Wahyu Eko Budoyo merupakan bantuan dari Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo.

Baca Juga:  Wali Kota Semarang Sempat Besuk Menteri Tjahjo di Rumah Sakit

Pimpinan Kuda Lumping Wahyu Eko Budoyo, Agus Setyawan menuturkan bahwa kesenian tari kuda lumping sudah menjadi turun temurun dari leluhur di desanya. Hingga saat ini, masih dilestarikan.

“Tiap minggu kita latihan, meski tidak ada tanggapan saat pandemi. Ini bentuk semangat kami dalam melestarikan kesenian,” ujarnya.

Semangat seniman itu direspon baik oleh gubernur, dengan memberikan bantuan berupa alat gamelan. Bahkan, bantuan itu bukan hanya kelompoknya saja yang menerima. Ia mencatat ada sekitar 80 desa di Kabupaten Temanggung yang menerima bantuan tersebut.

Baca Juga:  Polrestabes Semarang Gelar Vaksinasi, Kapolda: Terapkan Prokes, Meski Sudah Divaksin

“Kurang lebih ada 80 desa yang mendapat bantuan gamelan. Nilainya macam-macam, mulai dari Rp 75 juta sampai Rp 200 juta. Disesuaikan dengan kebutuhan,” lanjutnya.

Nah, Panggung Kahanan kali ini sebagai pembuktian keseriusan seniman dalam melestarikan seni.

“Iya, ini sangat bermanfaat bagi seniman, menjadi ruang ekspresi. Harapannya dapat diselenggarapan di tiap daerah,” jelasnya.

Dapat Perhatian

Serupa juga disampaikan Reviana, bassis Relita Modern Band asal Temanggung yang merasa mendapat perhatian setelah adanya Panggung Kahanan.

Baca Juga:  Music and Culture Sumpah Pemuda Berkarya untuk Bangsaku, Erwin : Tetap Fokus Berkarya di Tengah Pandemi

“Band ini diresmikan 2018, setelah pandemi job menjadi sepi. Ada satu, dua tanggapan tapi harus protokol ketat. Nah, Panggung Kahanan ini sangat bagus untuk ekspresi seniman,” tandasnya.

Panggung Kahanan kali pertama digelar pada bulan Ramadan tahun 2020 di rumah dinas gubernur Jateng dan saat ini sudah menginjak putaran ketiga. Pagelaran secara daring ini merupakan respon Ganjar untuk membantu para seniman tetap kreatif di kala pandemi.

Pada bulan Ramadan tahun ini Panggung Kahanan digelar di enam kota. Dimulai di Kendal, Pati, Kota Magelang, Banyumas, Kota Surakarta, dan Kota Pekalongan. (is)

Sharing:

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *