Memeringati Nuzulul Quran, Merefleksi Diri sebagai Makhluk Ciptaan

SEMARANG (Awal.id) – Alquran diturunkan secara bertahap sesuai kebutuhan, keadaan dan kejadian pada saat itu. Tujuannya, agar mudah diingat sekaligus membekas di hati manusia sebagai makhluk Tuhan, tentang peristiwa yang melatarbelakangi turunnya kitab suci pedoman umat Islam tersebut.
Namun proses tahapan-tahapan itu juga tidak mutlak. Sebab bisa terjadi juga ayat atau surat dalam Alquran turun tanpa sebab. Hanya Allah yang maha tahu dan berkehendak.
Demikian ringkasan dari pengajian Jaburan (Jelang Berbuka Puasa Ramadan) yang dipandu host Dhyanara Paramita dengan nara sumber Ustadz H Rahmat Hidayat SAg MSi yang disiarkan secara live streaming dari studio Awal.id lewat channel Youtube Awal Media Nusantara, Jumat (30/4).
Jaburan episode kelima ini mengambil tema “Nuzulul Quran Merefleksi Diri, Tak Sekadar Memperingati”.
Menurut Ustadz H Rahmat Hidayat SAg MSi, Alquran pertama kali diterima oleh Nabi Muhammad SAW bertepatan dengan malam ke-17 Ramadan, atau sekitar 12 tahun sebelum hijrah beliau ke Madinah.

Dhyanara Paramita memandu Ustadz H Rahmat Hidayat SAg MSi pada acara JABURAN DI studio Awal.id, Jumat (30/4).
Pada saat wahyu pertama ini turun, kata Rahmat, Rasulullah tidak bisa membaca. Oleh karena itu, Allah memerintahkan Nabi Muhammad untuk membaca melalui surat Al-Alaq.
“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya,” firman Allah dalam surat Al-Alaq ayat 1-5, ayat Alquran yang pertama kali diturunkan.
Surat Al-Alaq ayat 1-5 juga menjadi penanda diangkatnya Muhammad sebagai nabi dan rasul.
23 Tahun
Ayat terakhir yang diturunkan melalui Malaikat Jibril kepada Rasulullah adalah surat Al-Maidah ayat 3. Menurut Rahmat, ayat ini turun sesudah waktu Ashar pada hari Jumat di Padang Arafah saat musim haji terakhir.
Setelah ayat ini turun, Rasulullah pergi dari Makkah ke Madinah untuk mengumpulkan para sahabat. Rasulullah memberikan kabar bahagia bahwa agama Islam telah sempurna dengan turunnya Alquran.
“Nuzulul Quran dalam artian turunnya Alquran secara bertahap dan berangsur-angsur dari langit kepada Nabi Muhammad SAW melalui perantaraan Malaikat Jibril selama hampir 23 tahun,” tutur pengurus Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama Kota Semarang itu.

Para Santri Ndalan yang dipimpin Gus Huda saat menghadiri acara JABURAN dan buka bersama di kantor Awal Media Nusantara.
Diterangkan Ustadz Rahmat Hidayat, pengertian bahwa Alquran diturunkan pada malam Lailatul Qadar, salah satu malam pada sepuluh hari terakhir Ramadan, adalah turunnya Alquran sekaligus dari al-Lauh al-Mafuzh ke langit dunia. Wallahu alam.
Menyinggung makna peringatan Nuzulul Quran, menurut Ustadz H Rahmat Hidayat, yaitu mengingatkan kembali pentingnya menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Alquran dalam kehidupan sehari-hari.
“Selain itu, bisa memotivasi kepada umat Islam untuk selalu membaca Alquran agar hidupnya berkah dan ada dalam ridlo Allah SWT,” katanya.
Sementara itu, siraman rokhani lewat progam acara JABURAN, Jumat sore (30/4), dihadiri sekitar 25 anggota Santri Ndalan (Sandal) Nusantara Semarang yang dipimpin langsung Muhammad Nurul Huda atau yang akrab disapa Gus Huda.
Para santri terlihat sangat khusuk mendengarkan paparan materi Ustadz H Rahmat Hidayat di teras Kantor Awal Media Nusantara. Usai acara JABURAN dilanjutkan dengan buka puasa bersama.
Gus Huda pada sambutannya mendoakan agar kehadiran Awal Media Nusantara membawa banyak manfaat dan berkah bagi masyarakat. Dia juga mendoakan Awal Media Nusantara ke depannya bisa maju dengan memberikan sajian informasi yang cepat, akurat dan bermanfaat bagi umat. (is)