BMKG Jateng Perkirakan Musim Hujan Terjadi Pada November 2023

SEMARANG (Awall.id) – Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Jawa Tengah menyampaikan bahwa musim penghujan di wilayah Jateng diperkirakan umumnya terjadi pada awal bulan November 2023.
Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I BMKG Jateng menjelaskan berdasarkan ENSO (El Nino Southern Oscillation) menunjukkan kondisi El Nino Moderat diprediksi sampai Februari 2024.
Ia mengatakan berdasarkan IOD (Indian Ocean Dipole) menunjukkan kondisi Positif dan diprediksi bertahan hingga akhir tahun 2023.
“Anomali suhu permukaan laut perairan Indonesia pada Agustus hingga November 2023 secara umum diprediksi normal hingga dingin, dan pada Januari 2024, kondisi suhu permukaan laut di wilayah Indonesia mulai menghangat. Monsun Asia diprediksi mulai aktif memasuki wilayah Indonesia pada November 2023, namun datang lebih lambat dari biasanya,” ungkapnya di Kantor BMKG Jateng, Jalan Siliwangi, Selasa (19/9/2023), siang.
Lebih lanjut ia menuturkan dengan adanya hasil itu, diperkirakan mulai November 2023 nanti musim penghujan akan terjadi pada pada bulan November 2023.
“Musim penghujan di awal November 2023 nanti akan terjadi 65% wilayah Jateng. Sedangkan puncaknya akan terjadi pada Februari 2024,” jelasnya.
Disisi lain ia menambahkan memasuki masa transisi dari musim kemarau ke musim hujan, dihimbau kepada masyarakat untuk waspada potensi cuaca ekstrim saat masa peralihan (pancaroba), seperti petir, angin kencang, puting beliung, seta hujan lebat dengan waktu singkat yang berpotensi mengakibatkan bencana hidrometeorologi seperti banjir dan longsor.
Sedangkan pada periode musim hujan, lanjutnya, Pemerintah dan masyarakat dihimbau untuk tetap mewaspadai wilayah-wilayah yang akan mengalami musim hujan lebih awal, serta tetap mengantisipasi dampak bencana yang diakibatkan oleh cuaca atau iklim yang terjadi dalam Musim hujan 2023/2024,
“Khusus Pemerintah Daerah dihimbau agar lebih optimal melakukan penyimpanan airpada musim hujan ini untuk memenuhi danau, waduk, embung, kolam retensi dan penyimpanan buatan lainnya di masyarakat melalui gerakan memanen air hujan. Waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologis selama musim hujan, terutama wilayah – wilayah yang berpotensi terjadi banjir dan tanah longsor,” pungkasnya.