Wisata Goa Kreo, Legenda Sunan Kalijaga dan Sekawanan Kera Berekor Panjang
SEMARANG (Awal.id) – Goa Kreo adalah sebuah goa yang di percaya sebagai petilasan Sunan Kalijaga saat mencari kayu Jati untuk membangun Masjid Agung Demak:
Menurut legenda, ketika itu Sunan Kalijaga bertemu sekawanan kera yanq kemudian disuruh menjaga kayu jati. Kata “Kreo” berasal dari Mangreho yang berarti peliharalah atau jagalah.
Kata inilah yang kemudian menjadikan goa ini disebut Goa Kreo dan sejak saat itu kawanan kera yang menghuni kawasan ini menjadi penungqu.
Selain menikmati pemandangan alam yanq indah dan udara yang sejuk serta bercanda dengan kera penunggu kawasan ini, pengunjung juga bisa menikmati aliran sungai yang dingin dan segar di bagian bawah daerah ini.
Obyek wisata ini lokasi tepatnya berada di Jl. Raya Goa Kreo, Kandri, Gn. Pati, Kota Semarang, kurang lebih 8 km dari Tugu Muda. Setiap 3 Syawal diadakan upacara Sesaji Rewanda.
Sejarah dan Mitos
Sekalipun bernama wisata goa, tapi tidak seseram yang dibayangkan. Apalagi jika menilik sejarah atau mitos yang mengiringinya. Ada banyak cerita yang beredar dari masyarakat lokal Semarang mengenai goa yang dihuni oleh kera jenis ekor panjang.
Dahulu sekali di zaman Sunan Kalijaga saat ingin menebang kayu jati yang akan dipergunakan untuk membangun Masjid Agung di Demak. Sayangnya, kayu jati yang ditebang justru berpindah-pindah, dan ini yang menyebabkan Sunan Kalijaga harus melakukan persemedian demi mengetahui letak kayu jati yang mendadak berpindah tersebut.
Mitosnya, Sunan Kalijaga melakukan semedi di dalam sebuah goa yang diperkirakan Kreo adalah tempatnya. Setelah mendapatkan petunjuk dari letak kayu yang berpindah tersebut, maka perjalanan pun dilanjutkan.
Saat di tengah perjalanannya untuk menemukan jati yang dapat berpindah, Sunan Kalijaga dihalang oleh sekelompok orang jahat, dan mengharuskannya untuk melakukan pertarungan.
Kemenangan pun membawa Sunan Kalijaga kembali bertemu dengan kayu jati yang hendak dibawanya ke Demak. Lalu, dililitkannya batang jati dengan selendang agar tidak lagi berpindah, dan kemudian dialiri melalui sungai.
Sayangnya, batang kayu jati yang begitu besar justru tersangkut dan sulit untuk kembali dialirkan agar segera sampai ke Demak. Kesulitan Sunan Kalijaga pun teratasi saat empat ekor kera ekor panjang dengan warna yang berbeda membantunya.
Batang kayu jati yang hendak digunakan untuk membangun Masjid Agung pun terlepas dan diputuskan untuk dibelah menjadi dua. Sekawanan kera yang setia tersebut menawarkan diri untuk ikut Sunan Kalijaga.
Namun, tawaran itu ditolak lantaran mereka bukanlah manusia, dan sebagai rasa terima kasih atas bantuan para kera tersebut, Sunan Kalijaga memberikan kawasan hutan di Goa Kreo sebagai tempat tinggal empat ekor kera berwarna merah, hitam, kuning, dan putih.
Masyarakat sekitar Semarang meyakini bahwa kera ekor panjang yang hidup hingga saat ini merupakan keturunan dari empat ekor kera yang setia di zaman Sunan Kalijaga.
Aktivitas dan Fasilitas
Sekalipun jauh dari kesan yang mengerikan dari segi tampilan dan penyajian kawasan wisatanya, goa di Semarang ini justru memiliki aktivitas dan fasilitas yang terbilang unik. Namun pengunjung harus tetap hati-hati dan selalu mengikuti aturan yang diberlakukan selama berada di kawasan yang memang dihuni oleh kera ekor panjang ini. Tidak perlu takut terhadap kawanan kera karena mereka telah terbiasa dengan kehadiran wisatawan.
Sesekali atau saat hasil bumi melimpah, masyarakat sekitar Kreo akan melangsungkan acara tradisional berupa Rewanda. Acara ini bentuk dari hasil rasa syukur dan mengasihi makhluk hidup, dengan memberikan hasil bumi atau berupa makanan manusia untuk para kera ekor panjang.
Kegiatan tersebut dikemas dengan arak-arakan membawa tumpeng dan iringan musik tradisional dan upacara ritual. Jika Anda berada di lokasi wisata itu dan kebetulan bersamaan dengan acara tradisional Rewanda, pastikan Anda tidak ikut mengambil makanan tersebut. Sebab, ini sangat dilarang untuk dilakukan, dan apabila dilanggar konon ada dampak negatifnya.
Di destinasi wisata Goa Kreo juga ada wahana speedboat yang siap membawa pengunjung berkeliling Waduk Jatibarang. Penumpang harus tetap berhati-hati selama beradai di speedboat, gunakan pakaian pelampung yang memenuhi standar agar tidak terjadi bahaya, serta tidak melakukan hal konyol selagi berlayar di waduk ini.
Fasilitas yang paling diburu oleh pengunjung Goa Kreo ialah spot foto negeri di atas awan dan sakura layaknya di Jepang, lengkap dengan persewaan kimono.
Untuk masuk ke lokasi wisata Goa Kreo, pengunjung dipungut biaya tiket yang sangat murah, kurang dari Rp 10 ribu. Selain wahana dan warung makan serta oleh-oleh khas yang banyak tersedia, tempat parkir Goa Kreo juga luas. Tempat wisata ini dibuka setiap hari mulai pukul 08.00 WIB. (adv)