Rumah Kecil Pak Tarno di Pekalongan Segera Dibedah
by Udin Saerodji ·
Biasanya rumah berukuran 4,1 x 4,6 meter itu sepi. Tak pernah terlihat keramaian, karena di rumah itu Tarno hanya tinggal seorang diri. Jangankan tamu penting, tetangga saja jarang yang ramai-ramai datang ke rumahnya.
Ternyata hari Selasa (19/4) ini adalah hari istimewa. Tarno akan kedatangan Gubernur Jawa Tengah. Ganjar Pranowo datang ke rumah Tarno untuk memberikan bantuan bedah rumah. Begitu Ganjar datang, senyum bahagia langsung tersungging di wajah Tarno.
“Sugeng rawuh Pak Ganjar. Ngapunten ngriyone kados meniko (selamat datang Pak Ganjar, maaf rumahnya seperti ini),” kata Tarno.
Rumah Tarno memang jauh dari kata layak. Selain kecil, rumah itu masih berdinding papan dan berlantai tanah. Tidak ada kamar mandi di rumah yang hanya memiliki satu kamar tidur itu.
“Nanti biar didandani ya pak, biar lebih nyaman. Nanti dibuatkan kamar mandi sendiri,” kata Ganjar.
Ganjar yang sedang menggelar Musrenbang di Kabupaten Pekalongan menyempatkan diri untuk memberikan bantuan RTLH kepada masyarakat yang membutuhkan. Program ini sudah dilakukan Ganjar sejak dulu dan rutin dilakukan saat ramadhan.
Dalam kesempatan kali ini, Ganjar didampingi putri penyanyi dangdut Arafiq, Fadia Arafiq yang juga menjabat sebagai Bupati Pekalongan.
“Ini mumpung ada Musrenbang di Kabupaten Pekalongan, ini bersama bu Bupati dan kawan-kawan lain termasuk Baznas. Kita coba cari terus ya yang rumah tidak layak huni, mudah-mudahan bisa membantu,” kata Ganjar.
Program RTLH, ujar Ganjar, menjadi prioritas. Apalagi dalam Musrenbang, Ganjar mengatakan bahwa ada dua fokus utama, yakni pertumbuhan ekonomi dan penanggulangan kemiskinan.
“Kulo maturnuwun sanget dibantu saking bapak gubernur dan perangkat setempat (terimakasih banyak atas bantuan dari pak gubernur). Omahe dibangun kersane sae damel ben tenang men roso men awet (rumahnya dibangun biar lebih bagus, lebih tenang, lebih kuat dan lebih awet,” katanya.
Tarno mengatakan sehari-hari bekerja sebagai buruh tani. Penghasilannya tak pernah menentu, biasanya ia dibayar Rp50.000 setiap bekerja di sawah selama sehari. (Cip)