Kolaborasi Batik Motif Lampung dan Semarangan di Kampung Djadoel Semarang, Padukan Dua Motif Batik dalam Satu Desain

SEMARANG (Awal.id) – Sebanyak 50 mahasiswa asal Lampung dari sejumlah perguruan tinggi di Kota Semarang terlibat dalam kolaborasi membatik dua motif daerah di Kampung Djadoel Semarang, Minggu (3/10). Kegiatan ini diselenggarakan Keluarga Mahasiswa Pelajar Lampung (Kamapala) di Semarang bekerja sama dengan Kampung Dajdoel Semarang.
Bukan sembarang motif yang dicanting oleh mahasiswa asal Lampung ini, melainkan ada dua motif batik beda daerah yang disatukan dalam satu desain pada kain sepanjang 12 meter. Yakni, kolaborasi motif Lampung yang khas dengan symbol seperti gajah dan pucuk rebung, berpadu dengan motif asem Semarangan.
Terkait dengan hal itu, Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu saat hadir di acara tersebut sangat antusias melihat para mahasiswa asal Lampung yang sedang membatik di Kampung Djadoel Semarang.
“Saya sangat bangga kepada kaum milenial yang sampai saat ini masih ada yang peduli dengan batik. Melihat mereka membatik, ini sangat luar biasa, terlebih lagi dengan kombinasi batik antara kain tapis Lampung dengan batik asem Semarangan, ini sangat keren,” ujar Wakil Wali Kota Semarang yang akrab disapa Mbak Ita itu.

Sejumlah mahasiswa asal Lampung mencoba mengkolaborasikan motif Batik Lampung dan motik Batik Semarangan dalam satu desain motif.
Selain itu, kombinasi motif Batik Lampung dengan Semarangan ini bisa menjadi sebuah permulaan bagaimana menciptakan multi batik dalam satu desain motif. Lahirnya multi batik ini juga membuktikan jika program yang digagas Pemerintah Kota Semarang sejak lima tahun lalu dengan kampung tematik berjalan sukses.
Ita menjelaskan, dulunya Kampung Djadoel adalah sebuah kampung yang kumuh dan langganan banjir. Cikal bakal sebagai Kampung Batik saat itu sudah ada, namun belum memiliki ciri khas produksi Semarangan.
“Dulu lima tahun yang lalu, saya lihat namanya Kampung Batik Semarang itu hanya jual produk saja, itu pun juga Batik Solo dan Pekalongan. Tapi sekarang sudah ada pembatiknya dan jual batik khas Semarangan, jos pokok’e,” kata Ita.
Sementara itu Nanang Suwidyo (17), mahasiswa asal Lampung, mengaku senang dengan kolaborasi dua motif Lampung dan Semarangan.
“Saya sangat senang dengan kolaborasi dua motif Lampung dan Semarangan ini, setelah didesain, selanjutnya nanti kita akan batik bersama dengan para mahasiswa Lampung lainnya yang ada di Semarang, hasilnya nanti kita akan pajang di asrama,” katanya. (is)