Wakil Wali Kota Semarang Dapat Gelar Kehormatan ”Mbok Batik” dari Warga Kampung Batik

SEMARANG (Awal.id) – Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu mendapat gelar kehormatan dari warga Kampung Jadoel, Kampung Batik Tengah, Rejomulyo Semarang Timur. Gelar kehormatan berupa penobatan dengan nama “Mbok Batik”, Minggu (17/10).
Gelar nama Mbok Batik yang diberikan sebagai wujud apresiasi pada Wakil Wali Kota Semarang, karena kepeduliannya dalam mengangkat eksistensi batik Semarangan di Kampung Batik.
Chandra Adi Nugroho, warga dan sekaligus pemerhati sejarah Kampung Batik Semarang, mengatakan warga Kampung Djadoel di Kampung Batik merasakan jasa dari Wakil Wali Kota Semarang sejak awal pendirian Kampung Batik Semarang hingga sekarang ini.
“Mbak Ita adalah sosok yang betul-betul memiliki arti bagi kaum ibu dan masyarakat, terlebih karena kepeduliannya terhadap ekonomi kreatif dan UMKM di kampung ini,” ujar Candra.
Chandra menyebut, sosok Wakil Wali Kota Semarang yang akrab disapa Ita ini, adalah sosok yang memiliki ikatan yang kuat dengan Kampung Batik.
“Kami merasakan keterikatan dekat dengan Bu Wawali terutama saat kampanye batik pada milenial di Kampung Batik,” katanya.
Selain itu, warga Kampung Batik juga merasa bangga. Pasalnya saat acara Hari Batik Nasional, Wakil Wali Kota Semarang itu bersedia hadir dan membatik bersama para pembatik.
“Warga terenyuh dengan kepedulian Mbak Ita, beliau kerso rawuh (mau datang) dan membatik bersama warga, bahkan saat acara selesai beliau tetap menunjukkan kesenangananya dengan membatik,” paparnya.
Sebagai penanda gelar Mbok Batik, disematkan selendang batik hitam motif Semarangan kepada Wakil Wali Kota Semarang.
“Mbak Ita berjasa untuk menjadikan Kampung Djadoel menjadi kampung batik pertama di Semarang, meski ada kampung batik tematik lainnya,” katanya.
Dia juga mengapresiasi kehadiran Mbak Ita dalam gelaran Tradisi Titiran, sebagai peringatan 76 tahun pembakaran Kampung Batik oleh tentara Jepang.
“Tradisi Titiran bertujuan nguri-uri dan melestarikan budaya serta menggerakkan Kampung Batik Rejomulyo ini menjadi destinasi wisata dan sentra batik Semarang,” ujar Candra.
Sementara itu, Ita merasa terharu dan kaget saat dirinya dinobatkan warga sebagai Mbok Batik.
“Sangat surprise sekali, matur suwun atas apresiasinya yang diberikan kepada saya,” papar Ita.
Ita mengaku tak menyangka bahwa usahanya melakukan pendampingan dan dukungan terhadap pengrajin, pelaku usaha batik dan UMKM, disambut baik oleh masyarakat.
Selain itu, dalam gelaran Tradisi Titiran, Ita juga menggandeng CSR dari perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Semarang untuk turut membantu program di Kampung Batik.
“Semoga Kota Semarang bisa turun level lagi, sehingga wisatawan juga bisa lebih banyak. Ke depan, saya akan melibatkan BUMN Bank BRI untuk menyediakan layanan digital cashless sebagai kemudahan transaksi. Saya yakin kampung batik bisa semakin eksis dan dikenal tidak hanya wisatawan domestik, tapi nasional bahkan mancanegara,” katanya. (is)