Aipda Sutrisno, Anggota Polda Jateng Pelopori Santri Bikin Aeromodelling

SEMARANG (Awal.id) – Fitrah setiap manusia pastinya menginginkan untuk menjadi lebih baik dan memiliki sesuatu yang baik. Salah satu cara dalam mewujudkannya adalah dengan memiliki cita-cita.
Cita-cita setiap insan manusia pasti sangatlah beragam. Dari mulai hal yang kecil dan simpel sampai hal di luar nalar sekali pun. Dengan memiliki cita-cita dan mimpi yang berbeda dari setiap manusia, pasti mengalami tingkat kesulitan yang tidak sama juga.
Namun, dengan memiliki kedua poin itu, semua orang pasti memiliki pandangan hidup ke depan. Karena sejatinya dengan cita-cita seseorang akan merasa termotivasi dan memiliki harapan untuk memiliki hidup yang lebih baik.
Pentingnya memiliki cita-cita dan mimpi untuk memotivasi diri sendiri agar terus melangkah ke depan ini disadari sepenuhnya oleh Sutrisno, anggota kepolisian Polda Jawa Tengah sekaligus salah satu pelopor penggiat olahraga aeromodelling, khususnya di Jawa Tengah.
Aipda Sutrisno menekankan dengan bermimpi semua yang semula di luar nalar menjadi masuk akal. Termasuk apa yang sedang ditekuninya saat ini.
Dari awalnya hanya hobi bermain layang-layang, lalu ia bercita-cita ingin mengikuti klub aeromodelling. Setelah 10 tahun lamanya, akhirnya Sutrisno bergabung dengan Klub Marina Aeromodelling, Semarang.
Dari pemenuhan hobi tersebut, akhirnya hati bapak tiga anak ini tergerak untuk mempelopori home industry aeromodelling untuk para santri di daerah asalnya, Kabupaten Kendal.
“Sebetulnya hobi kecil saya itu main layangan. Lalu saya tertarik olahraga ini dan ikut ke klub. Butuh waktu 10 tahunan lah kira-kira. Saya kepikiran ingin mengembangkan ini ke teman-teman saya di kampung, alhamdulillah responnya positif. Lalu saya diminta langsung oleh Pengasuh Pondok Pesantren Al Ma’wa untuk mengajarkan para santri tentang aeromodelling ini,” jelas pria yang menjadi anggota Satintelkam Polda Jateng ini.
Bekas Lahan Sampah
Sutrisno mengatakan awal mula dalam mengenalkan dan menerbangkan aeromodelling adalah dengan menggunakan lahan tidur dampak pembangunan tol. Lalu ia bersama masyarakat setempat membangun dan memanfaatkan tempat itu sebagai tempat latihan.
“Di Kendal itu kan ada lahan tidur dampak pembangunan tol sekitar 800 meter. Kita manfaatin itu untuk tempat latihan. Tadinya tempat itu merupakan lokasi pembuangan sampah. Lalu saya mencoba komunikasi ke masyarakat dan PU untuk sama-sama dibersihkan. Respon masyarakat juga positif, terus kita bangun untuk kegiatan aeromodelling terbang bareng di situ,” paparnya.
Kendati disibukkan dengan tugas kesehariannya sebagai anggota kepolisian Polda Jawa Tengah, Aipda Sutrisno masih bisa meluangkan waktunya untuk mengajarkan cara membuat dan juga mengoperasionalkan home industry aeromodelling bagi santri di Pondok Pesantren Al Ma’wa yang ada di Kabupaten Kendal.
“Rencana home industry ini, selain produksi kita juga latih para santri untuk menerbangkan pesawat. Antusias para santri juga sangat tinggi untuk kegiatan ini. Sekarang dari 5 orang yang latihan baru 2 yang bisa menerbangkan, yang penting ada niat dan kemauan dulu selebihnya kita kembangkan saat latihan,” ujarnya.
Untuk membiayai proses pembuatan, perakitan hingga menerbangkan pesawat model, Sutrisno mengaku semua berasal dari kegigihannya untuk menyisihkan sebagian gaji sebagai anggota polisi.
Semangatnya untuk memberi ketrampilan para santri sekaligus menambah pendapatan ekonomi bagi mereka semakin besar, manakala berbagai pihak, mulai dari Pemerintah Kabupaten Kendal dan Pemerintah Provinsi Jateng hingga Komisi E DPR RI memberi dukungan penuh kepada dirinya.

Aipda Sutrisno menunjukkan model pesawat rakitannya.
Kurikulum SMK
Sutrisno meyakini setelah kegiatan ini dipublikasikan media massa, pondok pesantren-pondok pesantren lain pasti akan tertarik, sehingga ingin mengikuti jejak yang telah dilakukan Pondok Pesantren Al Ma’wa, Kendal.
Tidak cuma menarik perhatian para pengelola pondok pesantren saja, apa yang telah dilakukan Sutrisno untuk memberdayakan ekonomi dan ketrampilan para santri Ponpes Al Ma’wa mampu mencuri perhatian Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen.
Orang kedua di Provinsi Jateng ini pun lantas merencanakan untuk memasukkan kegiatan ini ke dalam kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
“Setelah terekspos media, setidaknya kegiatan ini sudah diketahui oleh jaringan ponpes se-Indonesia. Peminatnya juga melonjak naik, kira-kira lebih dari 10 ponpes yang sudah mendaftar untuk mengikuti kegiatan home industry aeromodelling ini,” jelasnya.
“Pak Wagub juga rencananya akan membuat kurikulum baru di SMK mengenai kegiatan ini,” tambahnya
Di luar tugas dan tanggung jawabnya sebagai anggota kepolisian, Sutrisno mengaku tersanjung atas perhatian dan dukungan kebijakan dari Pemprov Jateng. Apalagi home industry yang dirintisnya merupakan salah satu upaya untuk memulihkan perekonomian nasional akibat pandemi Covid-19 yang tak kunjung berakhir.
Sutrisno juga mengupayakan untuk menghilangkan konotasi mahal dari kegiatan ini. Ia berharap dengan memudarnya konotasi ini, masyarakat luas juga akan tertarik untuk ikut gabung juga.
“Untuk menghilangkan konotasi mahal dari kegiatan ini, harga dari home industry yang kita jalani ini sangat bisa untuk bersaing. Yang biasanya aeromodelling pabrikan itu harganya sekitar Rp 3,5 juta, kita bisa jual dengan harga Rp 1,2-1,5 juta dengan kualitas serupa. Jadi selisihnya lumayan banget untuk menggeluti hobi atau kegiatan ini,” terangnya.
Sutrisno menambahkan untuk home industri aeromodelling sendiri, ada dua tipe penggerak yaitu mesin elektrik (baterai) dan engine (bahan bakar). Ia juga menjelaskan pesawat model yang buatan dari home industry-nya sudah banyak yang pemesannya, namun karena keterbatasan bahan baku, pihaknya masih membatasi orderan tersebut.
“Alhamdulillah sudah banyak yang pesan juga cuman kita masih membatasi. Karena masih off produksi. Tapi tetap kita maksimalkan semaksimal mungkin,” terangnya.
Kendati produksi aeromodolling para santri belum maksimal, dia berharap kegiatan ini dapat membantu meningkatkan ekonomi warga sekitar pondok dan berpartisipasi untuk menumbuhkembangkan perekonomian nasional.
“Semoga dengan kegiatan ini bisa menjadi kontra radikal di pondok pesantren, karena bagaimana pun kegiatan ekonomi ini akan memajukan pondok pesantren. Mudah-mudahan dengan majunya ekonomi, pondok pesantren akan lebih tertata dan mandiri serta tidak mudah untuk dimasuki ideologi-ideologi radikal,” harapnya. (is)