Kolektif Hysteria Rayakan Kolektivisme dengan 24 Seniman Visual di Kolegatif II
by Redaksi · Published
SEMARANG (Awall.id) – Kembali ke akar mereka, Kolektif Hysteria melalui Platform Pekakota menggandeng 24 seniman visual dalam acara Kolegatif II.
Acara ini berlangsung di Collabox, Jl. Indraprasta No.74, Pendrikan Kidul, Kecamatan Semarang Tengah, Kota Semarang pada Jumat (26/07/2024) dan berhasil menarik lebih dari 200 pengunjung.
Winatra Wicaksana, Ketua Proyek Kolegatif II yang juga mantan peserta PekaKota Institute 2024 oleh Kolektif Hysteria, menyampaikan data tersebut.
Mahasiswa semester 4 Seni Rupa Konsentrasi Desain Komunikasi Visual Unnes ini mengatakan bahwa Kolegatif II bertujuan untuk mengkaji ulang ikon Bandeng yang digunakan oleh Kolektif Hysteria sebagai simbol perjalanan kolektivisme menjelang ulang tahun ke-20 mereka pada Agustus 2024.
Wicak, panggilan akrabnya, menjelaskan bahwa tim Kolegatif II melakukan riset lapangan untuk memperoleh informasi yang valid mengenai nilai-nilai manifesto Tulang Lunak Bandeng Juwana, yang dianggap relevan dengan kondisi seni di Kota Semarang.
Hasil riset ini kemudian diwujudkan dalam karya visual melalui kolaborasi dengan 24 seniman, menghasilkan mural, pameran ilustrasi, hingga zine.
“Selain itu ada sketch jamming, live mural, fun ride, dan forum,” ujar Wicak.
Ia mengakui bahwa ada kesamaan antara manifesto Tulang Lunak Bandeng Juwana dengan kondisi seni di Kota Semarang, terutama dalam gerakan kolektif seni visual.
“Sesuai manifesto itu, kita seperti Bandeng Presto. Tulangnya melunak, mengikuti kondisi zaman,” kata Wicak.
Ia setuju dengan prinsip PekaKota yang menekankan bahwa kota ideal adalah kota yang dibangun bersama oleh semua pihak, termasuk seni, budaya, dan makanan.
Identitas inilah yang diangkat oleh Kolegatif II dengan menghadirkan ikon Bandeng Presto melalui kolaborasi berbagai komunitas dan kolektif.
“Kita tahu, Hysteria berawal dari kumpulan anak-anak yang membentuk kolektif untuk mengekspresikan kreativitas mereka melalui berbagai media. Hingga saat ini, salah satu media yang sering digunakan adalah seni visual,” jelas Wicak.
“Kolaborasi dengan komunitas atau kolektif lain merupakan semacam gerakan kembali ke masa lalu, tentu dengan wacana dan bentuk yang berbeda. Namun, semangat kebersamaan dari berbagai latar belakang kolektif itulah yang penting,” lanjutnya.
Wicak menekankan bahwa PekaKota Forum dengan tema “Merawat Komunitas Kota”, bagian dari acara ini, menjadi elemen penting dalam prototipe kali ini.
“PekaKota Forum dengan tema ‘Merawat Komunitas Kota’ menegaskan bahwa keberadaan komunitas atau kolektif seni di Kota Semarang harus memiliki daya lentur seperti duri bandeng presto untuk menghadapi segala kemungkinan ke depan,” katanya.
“Dengan demikian, diharapkan dapat berumur panjang seperti Kolektif Hysteria saat ini dan ikut membangun kota yang ideal bagi semua penghuninya,” pungkas Wicak.
Agenda Kolegatif II adalah bagian dari rangkaian perayaan ulang tahun ke-20 Kolektif Hysteria. Acara ini juga termasuk dalam Event Strategis Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) RI melalui Program Dana Indonesiana.




















