Pemprov Jateng Tangani Kemiskinan Melalui Jalur Pendidikan
WONOGIRI (Awak.id) – Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, turun langsung ke lapangan, memimpin kegiatan penurunan kemiskinan ekstrem. Di antaranya dilakukan di Kabupaten Wonogiri di Balai Desa Mlokomanis, Kecamatan Ngadirojo, Kamis (26/1/2023).
Di lokasi itu, Ganjar membahas perihal penanganan kemiskinan ekstrem untuk wilayah Kabupaten Wonogiri, Sragen dan Klaten. Kemiskinan menjadi hal serius yang harus ditangani, termasuk di antaranya faktor pentingnya pendidikan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Uswatun Hasanah mengatakan, skema Gubernur dalam percepatan penanganan kemiskinan ekstrem, di antaranya melalui pendidikan.
“Yang sedang kami jalani saat ini yaitu dengan penambahan unit sekolah baru (USB). Sekarang ada SMA Tawangmangu, SMK Lumber, SMK Pagentan di Jawa Tengah,” kata Uswatun di lokasi acara.
Selanjutnya, tutur Uswatun, ada kelas jauh di Klaten, kelas virtual di Brebes, di Purbalingga dan di Boyolali. Tidak menutup kemungkinan juga akan ada penambahan kelas virtual.
Di kelas virtual itu tersedia support kuota, support telepon seluler, sehingga anak-anak bisa sambil bekerja.
“Kemudian juga kerja sama dengan Dinas Pendidikan kabupaten/kota yaitu terkait dengan Paket C, Paket B dan lain sebagainya. Sekaligus untuk anak-anak yang sudah lulus SMK, itu kami kerja sama dengan Disnakertrans untuk penempatan mereka bekerja,” bebernya.
Dengan demikian, saat ini telah ada 15 SMK semi boarding, 3 SMK boarding, yaitu tiga SMK Jateng di Kota Semarang, Pati dan Purbalingga. Selain bertambahnya SMK semi boarding, juga nantinya di sekolah tersebut akan bertambah satu kelas lagi.
“Skemanya adalah, mereka anak-anak yang tidak mampu, plus anak-anak miskin yang dapat beasiswa dari pak Gubernur yaitu di SMA Taruna Nusantara, tiap tahun dibiayai semuanya, total. Termasuk SMK semi boarding, SMA boarding, SMA/SMK gratis,” imbuhnya.
Dia menilai, pendidikan merupakan salah satu hal penting untuk menangani kemiskinan. Dalam hal ini, adalah dengan pendidikan akan mengubah pola pikir (mindset). Jadi, penanganan kemiskinan tidak hanya menunda pernikahan dini yang berdampak pada ekonomi berpotensi kurang mapan, namun juga sekolah.
“Di sekolah itu ada materi kewirausahaan menjadi kurikulum yang terintegrasi. Sekarang mau berusaha, orang itu tidak harus modalnya uang banyak, tapi juga keberanian berspekulasi, di era online, itu bagus juga untuk pengembangan kewirausahaan. Baik SMK maupun SMA. SMA Tawangmangu ke depannya juga begitu,” terangnya.
Gubernur Jateng Ganjar Pranowo menilai saat ini penanganan kemiskinan terus dilakukan secara maksimal, mengingat masih tingginya angka kemiskinan.
“Secara umum kemiskinan (di Wonogiri, Sragen, Klaten) relatif masih agak tinggi. Wonogiri sudah agak bagus,” kata Ganjar di lokasi. (is)