Kongres Sampah II Hasilkan Lima Rumusan Penting

Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Provinsi Jawa Tengah, Peni Rahayu, menerima hasil rekomendasi sebagai rumusan Kongres Sampah II yang berlangsung di Paseban Candi Plaosan, Desa Bugisan, Prambanan, Klaten, Minggu (26/6)
Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Provinsi Jawa Tengah, Peni Rahayu, menerima hasil rekomendasi sebagai rumusan Kongres Sampah II yang berlangsung di Paseban Candi Plaosan, Desa Bugisan, Prambanan, Klaten, Minggu (26/6)

KLATEN (Awal.id) – Kongres Sampah II di Paseban Candi Plaosan, Desa Bugisan, Prambanan, Klaten, merekomendasikan hal penting untuk mengelola sampah di wilayah Jateng. Ada lima rekomendasi pengelolaan sampah yang diikrarkan dari kongres itu.

Asisten Ekonomi dan Pembangunan Sekda Provinsi Jawa Tengah, Peni Rahayu, mengatakan, rekomendasi dari Kongres Sampah di Klaten itu sangat bagus rumusannya karena sudah mulai terintegrasi dari hulu sampai hilir.

“Tadi sudah ada kesepakatan, ada ikrar bersama yang dibacakan,” kata Peni saat penutupan Kongres Sampah di Desa Bugisan, Klaten, Minggu (26/6/2022).

Lima rumusan itu adalah, bergotong-royong berkolaborasi mewujudkan desa mandiri sampah; ngelongi, nganggo, ngolah (telung -ng) sebagai komitmen pengelolaan sampah harus menjadi mata ajaran atau kurikulum sekolah di segala aras demi lingkungan lestari dan rakyat sejahtera

Baca Juga:  Perayaan Nataru, Pemkot Semarang Tunggu Kebijakan Pemerintah Pusat

Selanjutnya, penguatan kelembagaan yang didukung kebijakan, sumber daya ilmu pengetahuan yang inovatif dan ramah lingkungan juga memerlukan komitmen untuk koneksitas hubungan antarpihak/aktor penting pengelolaan sampah, dan komitmen pengelolaan sampah menjadi salah satu butir janji politik calon pemimpin.

“Apapun eksekutif, yudikatif, mereka punya program kerja di sektor lingkungan karena saat ini sudah sangat kita butuhkan segera kita lakukan pelestarian,” ujarnya.

Dia menambahkan, sesuai hasil masing-masing komisi dalam Kongres Sampah yang dihelat dua hari ini, tercetus agar pengelolaan sampah dimulai dari yang terkecil lebih dulu. Dalam hal ini, dari rumah tangga. Mengingat terbesar produk sampah dari rumah tangga.

Baca Juga:  10 Atlet Bertalenta Khusus Asal Jateng Wakili Indonesia Berlaga di Bangladesh

“Perlakuan sampah dari rumah tangga dalam mengelola sampah. Sampah dari yang terkecil lebih dulu. Kalau yang terkecil sudah tertangani seperti yang kecil dijadikan pupuk. Dari yang terkecil rumah tangga ke RT, mungkin bisa menjadi bank sampah kecil di RT. Kemudian sampai ke kelurahan bisa juga menggunakan ini,” imbuhnya.

Peserta Kongres Sampah, Deden Lesmana asal Cirebon Jawa Barat, mengaku kegiatan Kongres Sampah yang dihadirinya ini akan dicontohnya. Supaya nanti bisa dilakukan di wilayahnya.

“Kami dari keluarga Keraton Cirebon ingin melakukan kegiatan ini. Tidak hanya Cirebon, di Jawa Barat juga. Dengan kegiatan seperti ini masyarakat lebih merasakan bahwa sampah ada komunitasnya,” kata Deden.

Baca Juga:  Paus Fransiskus Buka Tahun Yubileum 2025 di Vatikan

Sebab, mengembalikan wilayah menjadi lebih baik lagi, atau kembali gemah-ripah loh jinawi kerto raharjo adalah dambaan leluhurnya. “Kondisi sampah sudah terlalu banyak dibandingkan jumlah penduduk,” ucapnya.

Perwakilan Ikatan Pemulung Indonesia (IPI) Jateng, Suyanto, mengatakan Kongres Sampah ini adalah hal bagus karena para pemulung bisa mengetahui kegiatan.

“Kontribusi pemulung sangat besar. Ini terima kasih, dengan adanya Kongres Sampah. Ke depannya, bisa berkolaborasi dengan pemerintah,” ucapnya.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo saat hadir dalam Kongres Sampah di Klaten, Sabtu (25/6) malam menyampaikan agar persoalan sampah bisa tertangani dengan baik. (is)

Sharing:

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *