Kampung Yoka, Pendidikan di Tanah Papua Berawal dari Kampung Ini

PAPUA (Awal.id) – Kunjungan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, ke Kampung Yoka di Distrik Heram Kota Jayapura, mendapat apresiasi positif masyarakat setempat, termasuk Ketua Adat dan Kepala Kampung beserta perangkatnya, Jumat (1/10).
Kepala Kampung Yoka, Antonius Mebri mengatakan sangat senang sekali kampungnya dikunjungi Ganjar. Menurutnya, hal yang luar biasa karena ada gubernur dari Jawa yang mau datang ke kampungnya dan bersilaturahmi dengan warga.
Kepada Gubernur Ganjar, Mebri juga menjelaskan, awal pendidikan di tanah Papua berasal dari desa ini. Sekolah Dasar pertama dibangun orang Belanda.
“Beliau (Gubernur Ganjar) melihat perkembangan apa di sini. Selain itu, di sini memang kampung peradaban, karena awal pendidikan di tanah Papua berasal dari desa ini. Dulu orang Belanda membangun sekolah pendidikan dasar di kampung kami, namanya YVVS. Itu sekolah pamong praja di sini,” katanya.
Antonius juga menyambut baik tawaran Ganjar terkait kerja sama antardesa Jateng dan Yoka. Menurutnya, itu memang sangat dibutuhkan agar desanya bisa semakin maju.
“Tawaran itu memang sangat baik, karena kita daerah Timur agak sedikit tertinggal. Kita harus belajar banyak dari daerah-daerah yang maju. Daripada studi banding di luar lama, lebih baik kita kerja sama antardesa saja. Pasti kami tindaklanjuti tawaran Pak Ganjar itu,” pungkasnya.
Tawaran kerja sama antardesa yang ditawarkan Gubernur Ganjar memang bukan tanpa alasan. Menurut Ganjar, di Papua banyak potensi hebat seperti kerajinan, ukiran dan lainnya. Bahkan, ukiran dari Papua diakui masyarakat internasional, karena banyak di antara mereka yang kagum dengan kualitas ukiran dari Papua.
“Saya ketemu banyak orang luar negeri, dan mereka mengatakan Papua itu unik. Teknik ukirnya paling unik dan bagus karena mengandung filosofi sejarah. Ini bisa dikembangkan,” jelas Ganjar, yang datang ke Papua untuk mensupport atlet-atlet Jawa Tengah yang berlaga di PON XX.
Sementara banyak desa-desa di Jateng yang unggul dalam hal teknologi. Bisa saja, dengan pertukaran desa ini, bisa menjadi awal bagi desa-desa di Jateng dan Papua untuk maju bersama.
“Nanti saya telponkan ketua organisasi-organisasi desa itu, apakah Papdesi atau Apdesi untuk membantu merealisasikan ini,” pungkasnya. (is)