Dr Sri Tutie Rahayu MSi, Direktur Polimarin yang Punya Banyak Julukan dari Hasil “Jumpalitan”

SEMARANG (Awal.id) – Politeknik Maritim Negeri Indonesia (Polimarin) Semarang siap mengembangkan sayap sebagai kampus vokasi dengan pengembangan lahan kampus di Kabupaten Semarang. Setidaknya sudah ada 130 hektare yang disiapkan untuk dimulai pembangunan kampus tahun ini.
“Total ada 130-an hektare lahan yang sudah disiapkan untuk pembangunan dan pengembangan kampus baru. Namun di awal pembangunan, kita siapkan dulu sekitar 30 hektare,” kata Direktur Polimarin, Dr Sri Tutie Rahayu MSi.
Bu Tutie, panggilan akrab perempuan enerjik ini, membocorkan program besar pengembangan kampusnya tersebut saat tampil sebagai nara sumber acara Inspirasi yang ditayangkan secara langsung dari Studio Awal.id lewat kanal Youtube Awal Media Nusantara, Rabu (21/4).
Program tayangan yang dipandu Rudy Bonsa itu mengambil tema spesifik, “Peran Kartini Milenial di Masa Pandemi” terkait dengan Peringatan Hari Kartini 2021.
Sri Tutie memaparkan, sejak berdiri tahun 2012, Polimarin telah menjelma sebagai salah satu kampus vokasi negeri yang menjadi alternatif bagi anak bangsa yang ingin melanjutkan pendidikan tinggi di bidang maritim.
“Tapi kami masih dibatasi jumlah penerimaan tarunanya (mahasiswa), sesuai dengan jumlah program studi yang ada,” kata Sri Tutie.
Polimarin saat ini mempunyai tiga program studi, yakni Nautika, Teknika dan KPN (Ketatalaksanaan Pelayaran Niaga dan Kepelabuhanan).
Sri Tutie menambahkan, tahun ini kampus yang dipimpinnya melakukan proses penerimaan taruna baru tahun akademik 2021/2022 melalui 5 jalur: SNMPTN, SBMPTN, SNMPN, SBMPN dan jalur mandiri.
Di bawah kepemimpinannya selama dua periode, Polimarin kian melesat jauh meninggalkan kampus-kampus maritim yang sudah lebih dulu berdiri. Sebagai direktur perguruan tinggi yang ditugasi melahirkan pelaut-pelaut handal, Sri Tutie memang termasuk “Perempuan Langka”.

Direktur Polimarin Dr Sri Tutie Rahayu Msi menerima kenang-kenangan dari Direktur Utama Awal.id Anton Setyawan
Cari Terobosan
Dari aspek gender, khususnya dalam jajaran dunia pendidikan kemaritiman Indonesia yang didominasi kalangan laki-laki, sosok Sri Tutie Rahayu juga bukan perempuan biasa. Demi meraih kesuksesan perguruan tinggi yang dipimpinnya, tak jarang Sri Tutie harus “jumpalitan” mencari terobosan dan kerjasama dengan pihak lain.
Ibu dua anak ini dikenal ulet dan tangguh, dengan balutan kedisiplinan yang tak bisa ditawar. Kemauan kerasnya untuk memajukan Polimarin dan dikenal di dunia internasional, membuat kalangan dosen dan jajaran bawahannya harus menyesuaikan langkahnya.
“Asal benar, siapa takut. Saya katakan kepada teman-teman bahwa kita tidak cukup hanya berlari, kita harus terbang!” tandas Sri Tutie Rahayu.
Untuk kalangan taruna atau mahasiswa, Sri Tutie juga terus melecut agar terlahir pelaut-pelaut handal. Sebab menurutnya, “Pelaut tangguh akan lahir dari gelombang samudra dengan turbulensi tinggi,” tuturnya memberi istilah.
Dari langkahnya yang luar biasa, Sri Tutie Rahayu pun banyak mendapat julukan dari beberapa kalangan, misalnya “Singa Betina”, “Super Woman” dan “Perempuan Pendobrak Sekat Samudra Nusantara”. Bahkan Presiden Jokowi punya sapaan khusus untuk Sri Tutie Rahayu, yaitu “Bu Poli”.
“Waktu diundang rapat, beliau sering menyebut dan menyapa saya dengan panggilan Bu Poli. Mungkin biar gampang diingat ya,” katanya.
Delapan tahun berdiri, Polimarin pun mampu melakukan banyak terobosan, termasuk kerjasama (joint degree) dengan pemerintah Jerman dan beberapa negara kawasan Eropa seperti Inggria atau Swedia.
“Seiring pengembangan kampus, kami juga sedang menyiapkan jurusan program studi baru yang memungkinkah kerjasama dengan negara China atau Tiongkok yang memang dikenal sebagai negara yang sukses dalam pengembangan bisnis,” tutur Sri Tutie.
Dr Sri Tutie Rahayu MSi adalah Doktor sekaligus Direktur pertama di Polimarin. Bahkan dialah Direktur wanita pertama di Politeknik vokasi bidang maritim. Dari kerja kerasnya, Kompetensi Pelaut yang menjadi dosen di Polimarin akhirnya disetarakan pada level S-2. Dari ihtiar itulah akhirnya lahir julukan untuknya, yakni “Perempuan Pendobrak
Sekat Samudra Nusantara”.
Kiprah Sri Tutie juga menghasilkan beberapa penghargaan, salah satunya dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI). Tahun 2017, Sri Tutie dinobatkan sebagai alumni terbaik Universitas Diponegoro, sehingga berhak atas Alumni Award 2018 dari Program Studi Administrasi Niaga FISIP Undip. (is)