BRGM Gandeng UNDIP Lakukan Penilaian dan Pemetaan Ekosistem dalam Kesatuan Landscape Mangrove
SEMARANG (Awall.id) – Pemerintah Indonesia terus memperkuat upaya perlindungan dan rehabilitasi ekosistem mangrove sebagai salah satu prioritas nasional dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024.
Target ambisius ini mencakup pemulihan mangrove seluas 200.000 hektar yang rusak dan perlindungan 400.000 hektar mangrove yang masih baik namun rentan.
Untuk mewujudkan misi tersebut, Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) menggandeng Universitas Diponegoro (UNDIP) melalui proyek Mangroves for Coastal Resilience (M4CR).
Kolaborasi ini berfokus pada penilaian, pemetaan, dan penentuan fungsi ekosistem mangrove dalam kerangka Kesatuan Landscape Mangrove (KLM) di Provinsi Riau.
Menurut Kepala BRGM, Ir. Hartono, pendekatan berbasis KLM menjadi fondasi penting dalam pengelolaan ekosistem mangrove secara terintegrasi. KLM menggabungkan fungsi perlindungan dan budidaya untuk memastikan keberlanjutan ekosistem.
“KLM akan menjadi alat analisis dan manajemen yang strategis dalam pelestarian ekosistem mangrove,” ujarnya.
Sekretaris BRGM, Dr. Ayu Dewi Utari, menambahkan bahwa KLM dirancang untuk menangani kerusakan mangrove secara menyeluruh.
“Kita tidak hanya menanam, tetapi juga menangani akar penyebab kerusakan. Ini langkah besar untuk melestarikan mangrove,” katanya.
Tim UNDIP, yang dipimpin oleh Prof. Denny Nugroho Sugianto dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, telah menyusun prosedur teknis untuk penilaian dan pemetaan ekosistem mangrove.
“Kerjasama ini bertujuan menghasilkan panduan teknis yang mendukung pengelolaan mangrove di Riau,” jelas Prof. Denny.
Sejumlah diskusi kelompok terfokus (FGD) telah dilakukan bersama Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pemerintah daerah, dan akademisi dari Universitas Riau dan Universitas Lancang Kuning.
Diskusi ini mendalami isu-isu krusial seperti strategi rehabilitasi dan pengelolaan berbasis lanskap.
Mangrove memiliki peran penting dalam keseimbangan ekosistem, mitigasi perubahan iklim, dan mendukung kehidupan masyarakat pesisir.
Prof. Denny menyoroti kemampuan mangrove dalam menyerap karbon, menjadikannya aset penting dalam memerangi pemanasan global.
Selain itu, mangrove mendukung kehidupan sosial-ekonomi masyarakat pesisir melalui manfaat ekologis, ekonomi, dan budaya yang beragam.
Kolaborasi ini juga mendukung tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs), khususnya SDG 13 (penanganan perubahan iklim), SDG 14 (ekosistem laut), dan SDG 15 (ekosistem daratan).
Pendekatan yang digunakan mencakup intervensi biofisik, dukungan sosial-ekonomi, serta pengawasan yang komprehensif.
Direktur Rehabilitasi Perairan Darat dan Mangrove KLHK, Inge Retnowati, menekankan bahwa proyek M4CR menjadi model pemulihan ekosistem berbasis lanskap.
“Dengan pendekatan ini, kita tidak hanya memulihkan ekosistem, tetapi juga memperkuat ketahanan masyarakat pesisir,” tuturnya.
Melalui kerjasama strategis ini, BRGM dan UNDIP menunjukkan bahwa pengelolaan mangrove yang terintegrasi dan berbasis ilmiah adalah kunci untuk melestarikan salah satu aset alam paling berharga di Indonesia, demi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan.