Balekambang Banyak Lahirkan Seniman Handal, Gubernur Ganjar pun Jajal Main Ketoprak
SOLO (Awal.id) – Ketoprak merupakan jenis kesenian rakyat yang banyak penggemarnya, khususnya di kalangan masyarakat Jawa, terkhusus lagi Jawa Tengah.
Di Kota Solo, jenis kesenian ini juga banyak pecintanya, yaitu ketoprak Balekambang. Disebut ketoprak Balekambang karena dimainkan di gedung kesenian yang ada di Taman Balekambang.
Taman Balekambang Solo adalah salah satu ruang terbuka hijau di Kota Bengawan. Taman peninggalan KGPAA Mangkunagara VII ini dibangun pada 1921. Bangunan di taman seluas 9,8 hektar ini memadukan konsep Jawa dan Eropa.
Taman ini sekarang telah menjadi kawasan wisata terpadu. Tersedia area outbond, penangkaran hewan, tanaman langka, konservasi sejarah, serta gedung atau panggung seni budaya. Sangat tepat dijadikan tujuan wisata keluarga ketika berada di Solo.
Para pengunjung yang hendak menikmati pesona taman ini tidak dikenakan biaya. Taman Balekambang menjadi ruang terbuka yang bisa diakses siapapun sesuai prinsip kemanfaatan publik. Taman kota ini bisa dikunjungi setiap hari. Buka mulai pagi hingga sore hari. Namun waktu terbaik ke taman ini adalah sore hari.
Tidak sekadar tempat bersantai, Taman Balekambang juga menjadi salah satu tempat berkembangnya berbagai seni asal Kota Solo. Di sini, terdapat dua tempat pertunjukan, panggung luar dan gedung pertunjukan. Panggung luar mampu menampung sekitar 1.000 penonton.
Panggung ini biasa digunakan untuk pementasan Sendratari Ramayana setiap malam bulan purnama. Pertunjukan ini terbuka untuk umum, tidak dipungut bayaran. Selain itu, pertunjukan musik keroncong, tembang kenangan, serta musik-musik lainnya pun sering diadakan di panggung ini.
Sementara, gedung pertunjukan mampu menampung sekitar 300 penonton. Gedung pertunjukan ini menjadi tempat rutin diadakan pagelaran ketoprak, setiap Sabtu malam. Kelompok ketoprak sudah berkembang di Taman Balekambang sejak akhir 1970-an. Bahkan, kelompok ketoprak yang berkembang di taman ini mampu menghasilkan komedian ternama, seperti Nunung, Mamiek Prakoso, Basuki, Gepeng dan masih banyak lagi seniman handal lainnya.
Ketoprak Kesenian Rakyat
Dahulu ketoprak merupakan kesenian rakyat yang sangat disenangi masyarakat Solo, namun sekarang penggemarnya mungkin agak berkurang sejalan dengan modernisasi yang didominasi teknologi digital.
Upaya pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk melestarikan sudah dilakukan, misalnya sesering mungkin menampilkan Ketoprak di Taman Balekambang.
Ketoprak adalah sebuah kesenian rakyat yang menceritakan tentang kisah-kisah kehidupan yang merupakan kisah legenda yang ada di dalam masyarakat dengan latar belakang kehidupan kerajaan Jawa.
Ketoprak lahir sebagai sebuah kebiasaan masyarakat memainkan alat musik, bernyanyi, dan menari. Gedung kesenian ketoprak Balekambang menjadi salah satu tempat pelestarian budaya Jawa di Surakarta, Kesenian ketoprak dalam bahasa Jawa sering disebut kethoprak.
Taman Balekambang di Solo, Jawa Tengah, menyimpan banyak cerita. Konon, tempat wisata yang berlokasi di Jalan Balekambang, Solo, ini dahulunya adalah tempat bersantai untuk keluarga dan kerabat Istana Pura Mangkunegaran.
Saat ini, Taman Balekambang sudah dilengkapi tempat bersantai, kursi, dan meja membentuk lingkaran, serta area bermain, kolam, pojok laktasi, mushala, taman reptil, gedung kesenian, dan lainnya. Suasana di taman ini pun sangat sejuk karena ditumbuhi aneka jenis pepohonan yang rindang.
Pengunjung yang datang dimanjakan dengan keberadaan hewan rusa yang berkeliaran di taman. Ada belasan rusa yang sengaja dilepas secara bebas di taman itu. Aneka permainan, seperti perahu, kereta putar, dan becak hias, juga disuguhkan bagi para pengunjung.
Taman untuk Putri Raja
Taman Balekambang dibangun pada masa Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegoro VII sekitar tahun 1921. Taman ini merupakan hadiah untuk kedua putrinya, yaitu GRAy Partini Husein Djayaningrat dan GRAy Partinah Sukanta.
Bahkan, kedua nama putri penguasa Istana Pura Mangkunegaran itu diabadikan sebagai nama taman yang ada di Balekambang, yakni Taman Partini Tuin dan Partinah Bosch.
Taman Partini Tuin atau Taman Air Partini yang berfungsi sebagai penampungan air untuk membersihkan dan menggelontorkan kotoran-kotoran sampah di dalam kota. Kolam ini sering dijadikan sebagai area bermain perahu bagi para pengunjung.
Berbeda dari Taman Partinah Bosch atau Hutan Partinah, taman ini memiliki fungsi sebagai daerah resapan atau paru-paru kota sehingga di sekitar taman ini ditumbuhi tanaman langka, seperti kenari, beringin putih, beringin sungsang, dan apel cokelat.
Ganjar Main Ketoprak
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo pernah beraksi di panggung ketoprak Balekambang, Selasa (21/12/2021) malam. Ganjar berhasil membuat para pengunjung di Taman Balekambang Solo, termasuk Wali Kota Solo, Gibran Rakabuming Raka tertawa ger-geran.
Ganjar memang menjadi salah satu bintang tamu dalam ketoprak dengan lakon Taman Mancawarna. Selain Ganjar, beberapa bintang tamu lain juga diundang, di antaranya Reisa Broto Asmoro, Jubir Gugus Tugas Nasional Penanganan Covid-19. Ganjar dan Reisa beradu akting dengan seniman-seniman ketoprak lokal Solo raya.
Tampil pada segmen ketiga, Ganjar yang berperan sebagai Adipati Pranowojati mengajak warga urun rembug untuk menghidupkan kembali Taman Sari Mancawarna. Sejumlah warga sepakat, namun ada beberapa warga yang menolak, salah satunya Suro Lewung.
“Ora bisa, pokoke ora enthuk ditandhuri (tidak bisa, pokoknya tidak bisa ditanami). Iki wis dadhi wasiat leluhur (Ini sudah wasiat pendahulu),” kata Suro Lewung.
Warga lain beradu mulut dengan Suro Lewung. Adu mulut cukup panas, sehingga Ganjar menengahi.
“Wis, nek ana rembug dirembug. Aja do crah (kalau ada yang bisa dibicarakan, dibicarakan baik-baik, jangan bertengkar),” kata Ganjar.
Suro Lewung tetap saja menolak. Ia bahkan menantang semua warga yang ada, dan memaksakan taman tetap seperti semula. Ia juga mengatakan, tidak boleh taman ditanami apapun selain pohon randu.
“Wis angel iki, angel wis angel. Mas Gibran, tolong diundangke Satpol PP. Iki nek ora bisa dirembug, ketoprakke tak bubarke (kalau tidak bisa dirembug ketoprak akan saya bubarkan),” canda Ganjar yang membuat para penonton tertawa.
Saat adegan itulah, mantan Wali Kota Solo, FX Hadi Rudyatmo datang. Secara spontan, Ganjar langsung memanggil Rudy naik ke atas panggung.
“Nek angel tak undangke Pak Rudy lho (kalau susah saya panggil pak Rudy). Pak Rudy kuwi galine Solo (Pak Rudy premannya Solo), brengose medeni (kumisnya menakutkan). Pak Rudy, mrene pak munggah (Pak Rudi sini naik),” panggil Ganjar pada Rudy.
Rudy yang tidak siap apa-apa cukup terkejut. Akhirnya, ia naik ke atas panggung dan mencoba melerai pertikaian warga. Bahkan ketika ketegangan belum juga surut, Ganjar mencopot sandalnya dan diberikan ke Rudy. Aksi itu jelas langsung membuat seisi penonton terpingkal-pingkal.
Ditemui usai acara, Ganjar mengatakan memang tidak diberitahu skrip acaranya. Bahkan dia juga secara spontan mengundang Rudy naik ke atas panggung saat diminta memberikan pesan-pesan pada masyarakat.
“Kebetulan Pak Rudy datang. Sebetulnya Pak Rudy juga diajak main, tapi karena ada acara, beliau datang terlambat. Jadi justru pas, kita ajak langsung naik ke atas panggung. Namanya juga amatir, yang penting pesannya sampai ke masyarakat,” ucapnya.
Dan Ganjar melihat Rudy begitu menjiwai. Meski dadakan, namun ia bisa tampil maksimal.
“Pak Rudy menjiwai betul. Sama, ya di darat, di panggung ternyata beliau sama. Luar biasa Pak Rudy,” pungkasnya. (*)