SWASWA Fest Ciptakan Pasar Berbasis Kemandirian

SEMARANG (Awal.id) – Festival Pasar Swakarya Semarang dengan mengusung judul SWASWA Fest terselenggara dengan sukses, Uptree Coffee, Jalan Kawi No 25, Wonotingal, Semarang, Minggu, (10/10) malam.

SWASWA Fest ini merupakan suatu event yang diselenggarakan melalui basis semangat kemandirian dan kolektivitas para anak muda Semarang. Tujuannya, menciptakan pasar bagi karya-karya yang diproduksi secara mandiri oleh para pegiat seni dan budaya di Kota Semarang.

Salah satu Penggagas SWASWA Fest, Kesit Agung Wijanarko mengatakan awal mula diadakan acara tersebut, karena melihat maraknya antusias anak muda di Semarang dalam beberapa kali acara thrifting shop belakangan ini. Fenomena ini menginspirasinya untuk membuat sebuah acara serupa dengan karya-karya para seniman dan budaya di Kota ATLAS ini.

Baca Juga:  Permudah Para Tamu, Hotel Horison Nindya Pasang Barcode Peduli Lindungi Di Area Lobby

“Awalnya kita mengadopsi konsep thrifting shop yang sedang marak ini, lalu muncul ide atau gagasan kenapa kita tidak membuat acara yang serupa, di mana produk yang kita pasarkan tidak lain dari teman-teman pelaku seni dan budaya yang mempunyai karya. Lantas, kita bentuk dalam sebuah wadah yang bernama SWASWA Fest ini,” ujar Kesit di sela-sela Acara saat bertemu Awal.id.

Kesit berharap SWASWa Fest ini bisa memasarkan karya pelaku seni di Semarang, baik yang berbentuk produk atau merchandise. Selain itu, festival ini dapat menjadi wadah untuk berinteraksi secara langsung antara penjual dan pembeli layaknya di pasar tradisional lainnya.

Baca Juga:  PPKM Berbasis Level Berakhir Hari Ini

“Ya, kami memang sengaja membuat dengan konsep layaknya pasar tradisional, ada interaksi penjual dan pembeli. Ini bertujuan agar interaksi tersebut dapat membuahkan ide atau gagasan lain mengenai karya-karya yang dibeli oleh pembeli,” papar Kesit.

Penggagas lain, Akang Haidar juga mengapresiasi para partisipan dalam acara tersebut. Sebanyak 50 partisipan, di antaranya beberapa merchandise band mulai dari kaos, beberapa rilisan fisik seperti kaset dan cd, tidak lain juga pelaku seni lain, ikut memarakkan festival ini dengan menjual karya-karya terbaik mereka.

“Saya ucapkan benyak terima kasih kepada partisipan yang sudah ikut dalam acara ini. Dengan adanya konsep seperti ini ekosistem teman-teman pelaku seni dan budaya di Semarang sangat membantu untuk memasarkan produknya,” papar Akang.

Baca Juga:  Funworld Bowling, Hadir di Queen City Mall Semarang

Tidak hanya menciptakan pasar, lanjut Akang, acara tersebut juga mengadakan beberapa diskusi yang sangat mengedukasi para seniman. 

“Kami juga mengadakan sesi talk show yang sangat mengedukasi, di antaranya mengusung tema Membangun Media Musik di Semarang dan Musik Merchandising,” tambah Akang.

Sementara itu, Fajar Asmuni, salah satu pengunjung, juga mengapreasiasi acara tersebut. Melalui acara seperti ini, khususnya teman-teman pecinta karya musisi Semarang, tidak perlu bingung lagi untuk mendapatkan merchandise yang diinginkan.

“Acara seperti ini harus tetap berjalan rutin. Festival ini sebagai wadah para pelaku seni dan budaya di Semarang untuk memasarkan karya-karyanya,” ujarnya. (is)

Sharing:

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *