Marimas Gandeng DLH Kota Semarang dan Proklim Purwokeling Bangun Taman Ecobrick Kota Semarang

SEMARANG (Awal.id) – Sampah merupakan hasil buangan proses produksi baik industri maupun rumah tangga yang kebanyakan orang menganggap tidak berguna atau mengganggu.
Dalam hal ini, sampah bagi sebagian orang yang peduli dan mengerti pengolahannya akan bisa berguna menjadi kebutuhan bangunan seperti ecobrick.
Ecobrick merupakan metode untuk meminimalisir sampah dengan media sangkar botol plastik yang diisi dengan limbah anorganik (limbah yang tidak dapat diurai) hingga benar-benar keras dan padat untuk membuat blok bangunan yang dapat digunakan kembali.
Masyarakat Kota Semarang kini memiliki taman edukasi lingkungan yang bernama Taman Ecobrick yang berlokasi di samping Kantor DLH Kota Semarang, Jalan Tapak, Tugurejo.
Kepala Dinas lingkungannya hidup (DLH) Kota Semarang Sapto Adi Sugihartono menyampaikan bahwa Taman Ecobrick ini akan memanfaatkan 20.000 botol ecobrick yang dibuat oleh komunitas dan masyarakat Kota Semarang.
“Dengan adanya taman ecobrick ini menjadi salah satu upaya membantu pemerintah kota Semarang dalam mengurangi sampah yang sebenarnya sampah ini bisa dimanfaatkan dan bisa dijadikan sesuatu yang lebih indah,” ujarnya ketika ditemui Awal.id.
Selamatkan 5 ton plastik
DLH Kota Semarang yang bekerja sama dengan Marimas ini mengajak untuk masyarakat untuk bisa memanfaatkan sampah menjadi sesuatu hal yang lebih baik dan mengenalkan juga kepada masyarakat tentang metode sangkar botol yang di isi sampah plastik bisa menghasilkan taman yang indah seperti saat ini.
“Ecobrick berasal dari kata eco yang berarti ramah lingkungan dan brick yang berarti bata. Jadi taman ini bentuk nyata ecobrick digunakan sebagai pengganti bata dan menjadi sebuah bangunan. Satu botol ecobrick berisi 250gram plastik yang sudah tidak terpakai. Coba kalau dikalikan 20.000 berarti kita menyelamatkan dan memanfaatkan 5 ton plastik,” tegas Sapto.
Humas Marimas Lantip Waspodo menerangkan bahwa Taman Ecobrick ini juga merupakan salah satu bentuk tanggung jawab perusahaan Marimas dalam menjaga kelestarian lingkungan dan mengenalkan sampah plastik yang sering dijumpai dapat dimanfaatan menjadi taman yang bisa berguna bagi masyarakat.
“Marimas memulai mengenalkan Ecobrick kepada masyarakat Semarang sejak 2017. Saat ini kita bisa berbangga bahwa Kota Semarang dapat memanfaatkan plastik tidak terpakai menjadi ecobrick yang kemudian jadi sebuah Taman Ecobrick,” terang Lantip.
Eko Gustini Pramukawati dari Proklim Purwokeling memimpin pembuatan bangunan ecobrick menyampaikan bahwa bangunan ecobrick menggunakan bahan yang ramah lingkungan.
“Ecobrick ketika akan digunakan di luar ruang maka perlu dilapisi tanah liat, karena plastik jika terkena sinar matahari dapat mengeluarkan dioksin atau racun maka harus dilapisi tanah liat terlebih dahulu. Lapisan tanah liat ini terdiri dari campuran lempung, kotoran kerbau dan jerami,” tandas Eko.
Selain itu, embuatan bangunan ecobrick sesi kali ini melibatkan komunitas di Kota Semarang antara lain Komunitas Ecobrick Marimas, Proklim Purwokeling BPI, Bank Sampah Kota Semarang, Saka Kalpataru dan Tim KKN RDR Angkatan 77 Kelompok 43 UIN Walisongo.